Rabu, 19 Mei 2010

Dimarahin

Saya jenis manusia yang tahu adat, paham banget menilai dan memosisikan diri, tahu sekat antara ruang privat dan ruang publik. Tapi belakangan, sejak bekerja sebagai orang nomor 1 yang dicari Mr. President di pagi hari dan yang terakhir meninggalkan beliau ketika malam kian naik, saya mulai sering melanggar etika-etika tentang ruang privat/publik.

Pelanggaran itu biasanya saya lakukan pada Mrs. Re (silakan lihat postingan sebelumnya untuk tahu siapa perempuan ini). Habisan apa mau dikata ya? Presiden saya obsesi pada Mrs. Re. Mrs. Re lariiiiiii terus dari jangkauannya. Sementara saya ini ajudan Pak Presiden kami yang terhormat, satu-satunya orang yang tak boleh putus asa menghubungi klien atau orang manapun yang beliau perintahkan untuk saya hubungi. Kalau Sekretaris Direktur masih diperkenankan putus asa, pasang tampang mau mewek dengan mata berkaca-kaca dan bilang "Maaf, signor... saya sudah hubungi beliau 20 kali tapi masih belum ada respon", sementara untuk saya, tak ada excuse. Saya harus berhasil mendapat respon; negatif atau positif, tidak boleh tidak tahu, tidak boleh tidak bisa, tidak boleh lupa agenda.
Dan satu-satunya manusia yang bisa dengan seenak udelnya menolak panggilan dari Presiden kami adalah Mrs. Re. Satu-satunya makhluk hidup di galaksi ini yang bisa semaunya tidak merespon Presiden kami adalah perempuan itu.

Maaf-maaf kalau akhirnya saya jadi sering nakal menghadapinya. Seperti yang terjadi kemarin. Saya tahu Mrs. Re sudah 'perduli setan', 'perduli jin', 'perduli genderuwo', maksudnya... nggak perduli se ujung kuku pun dengan apa yang terjadi pada Mr. President.
Tapi saya kasihan melihat kondisi Mr. President. Seminggu belakangan beliau memaksakan diri bekerja dengan kondisi kesehatan buruk, dan tentu you guys ingat posting saya yang menemukan beliau menggeletak di sofa apartemennya dengan kondisi payah, dua hari ini makin payah saja. Kemarin dokter kantor sampai saya telepon untuk ke ruangannya karena suhu tubuhnya tinggi sekali.

Beliau bukan cuma kelelahan, bukan sekedar flu berat dan demam. Tapi di mata saya beliau butuh melihat pujaannya. Untuk bertahan hidup di dunia ini beliau memerlukan;O2, makanan, CO2, vitamin, dan Mrs. Re.
Begini kira-kira... Berapa lama manusia bisa hidup tanpa udara? atau tanpa makan? Kira-kira pertahanan tubuhnya runtuh karena beliau terlalu lama tidak melihat Mrs. Re. Jadi saya kirim pesan melalui FB wanita itu, mengabarkan bahwa Mr. President sakit.
3 pesan melalui FB
1 pesan ke email pribadinya
2 sms ke ponselnya
7 telepon yang berakhir ke kotak suara
Tidak digubris.
Jadi saya putar otak.

Dan akhirnya nekat menulis ke wall-nya, kira-kira:
'Mrs, apa kbr? Mr. Andalusi sakit, Mrs.... Sekedar info ya Mrs... tp kl mau nengok kami segera prepare akomodasi.'

T
ak lama kemudian muncul respon:
'Andrezzz!! Tulis message, jgn wall!!'

Dia marah..... Saya sudah perkirakan itu, buru-buru saya telepon ke ponselnya dan Mrs. Re jawab! Nah... makhluk ini memang harus dinakali... Menit pertama saya diomeli bak anak SMP yang tak tahu aturan, diingatkan untuk tidak menulis hal-hal yang sifatnya pribadi di wall FB-nya, saya merespon 'maaf-maaf'. Sesudah itu saya bertanya apakah Mrs. Re mau datang. Dan tanpa pikir panjang dia menjawab; 'tidak. Terima kasih.'
Cepat-cepat saya menyelak, karena saya hapal, kalau dia sudah mengeluarkan kata 'terima kasih' biasanya sambungan langsung diputus.
'Kehadiran Mrs akan sangat berarti untuk kesehatan Mr. President. Beliau di infus.'
Mrs. Re kontan menjawab...
'Saya engineer, bukan dokter. Apa Presiden-mu mau di semen??'
Hahh??

Seusai itu saya mengirim pesan berisi permohonan maaf, sampai dua kali ke pesan di FBnya, tapi dia tidak merespon. Saya tulisi wallnya yang juga permohonan maaf, dan belum ada respon.
Dia pasti masih marah akibat aksi wall saya itu, di mata saya Mrs. Re terkesan menyembunyikan kehidupannya, baik senang-susahnya, apalagi yang berkenaan dengan Mr. President. Saya paham kalau dia marah besar. Tapi saya sekedar ajudan seorang CEO yang terkadang harus menempuh jalan apapun untuk sang Presiden, baik atas titahnya, atau inisiatif saya yang sekiranya diperlukan beliau.


Ps: Mrs. Re if you read this post, I do thank you very much for your kindness to forgive me.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar