Jumat, 30 April 2010

Yang dipilih Wanita

Saking sibuknya saya belakangan ini saya bisa-bisanya 'hilang ingatan parsial' bahwa saya ini punya blog yang baru diberi entri dikit. Ngga heran juga gue ngga punya follower di blog ini. Kalian yang sempat tengok-tengok blog ini pasti heran ngapain saja saya belakangan.
Begini.... Seperti yang saya bilang kalau saya ini ajudan seorang Presiden direktur perusahaan internasional yang cabangnya ada di nyaris seluruh jagat raya, so..... you can imagine betapa repotnya saya. Apalagi si Pak Direktur yang bersangkutan. Repot sekali beliau itu, untungnya selain perusahaan dan anak-anak cabangnya tidak ada lagi yang harus beliau urus, tak ada istri, pacar, simpanan. Kalau saya... masih seperti tahun lalu; punya dua pacar.
Kabar terakhir? Mau tahu? Saya seperti biasa, sukses dalam menjalani pekerjaan sebagai ajudan yang baik, profesional dan cukup tangguh mengimbangi kinerja Pak Presiden kami. Saya juga tetap sukses menjalani dua hubungan dengan dua cewe yang tinggal di dua kota berbeda. Saya puji Tuhan tidak mengalami cobaan atau problem berat dalam hidup tahun-tahun belakangan ini. Intinya: kehidupan karir dan percintaan, siang dan malam saya masih seimbang.

Kontras dengan kondisi Pak Presiden. Hidupnya, sorry to say, makin ruwet. Memang sudah ruwet ya hidup dia itu mulai dari awal saya ketemu beliau dan tulis blog ini. Blog ini melulu berisi tentang keruwetan hidup beliau. Yang lalu-lalu saya tulis di entri masih belum seberapa dibanding 'keruwetan' hidup beliau belakangan.
Makin ruwet sebab cewe' inceran, yang diburu, dicintai, digilai setengah mati, dikejar jatuh-bangun yang dia dengan iritnya sebut 'Re' itu, huahahahaha..... KAWIN! Tentu dengan pria lain, yang juga sudah saya sebut-sebut di entri-an sebelumnya. Tentu Pak Presiden kami yang tercinta nyaris modar gara-gara fakta ini. Upset and down mampir sebentar saja di nurani beliau, sesaat kemudian diuber juga itu perempuan bini orang. Gilanya Pak Presiden kami yang gagah berani tetep keukeuh (anyway do you really know the meaning of 'keukeuh'?) ngejar si target pas nyonya cantik itu hamil. Sikap beliau kalau dituang lewat kalimat mungkin begini: Perduli setan dia hamil, makin seksi ini.....
Dia oper persneling, tancap gas, hajar! Nah yang dihajar itu tentu ngamuk, gerah diuber-uber terus. Paham bagaimana emosi cewe hamil? Coba sekali-kali gangguin cewe hamil, kalau ngga digaplok, ditempeleng, dihajar... HEBAT. Begitulah yang terjadi: Pak Presiden kami yang terhormat tentu dimaki sambil digaploki oleh perempuan muda yang hamil dan bahenol itu. Sementara yang menggaploki naik pitam, yang digaploki justru naik birahi. Bagaimana tidak??? Itu nyonya muda pas hamil justru makin 'marun' mulai dari wajahnya malah makin bening, bersinaran, body-nya malah menggiurkan. Bagaimana bisa Presiden kami tak kelimpungan, terbayang-bayang siang malam. Tapi saban ketemu malah dimaki. Beberapa kesempatan bertemu face to face dan terus mendapat reaksi negatif, Pak Presiden sampai pernah nyolong cium suatu hari. Kontan saya dan supir dibuat shock dan terkaget-kaget. Apalagi yang bibirnya diserobot begitu saja, kontan ngamuk, tempelengan keras mampir di pipi Pak Presiden. Saya nyeri di hati melihat adegan itu, tapi Pak Presiden nampak rela pipinya ditempeleng setelah aksi sabotasenya itu.

Saya nggak tahu pasti apa yang memadamkan bara semangat Pak Presiden, tahu-tahu beberapa saat kemudian beliau memutuskan berhenti mengejar si nyonya muda yang tengah hamil tua itu. Yang saya tahu beliau surut langkah setelah suatu malam ber sms ria dengan nyonya cantik itu, mukanya tenang awalnya, tapi akhirnya lesu. Setelah itu beliau menenggelamkan diri ke pekerjaan. Total berhenti beraksi sebagai pejuang cinta yang kalap. Kalau ada urusan di cabang Jakarta, dulu biasanya beliau mampir ke rumah Miss -ralat sekarang sudah jadi Mrs- Re, jadi tidak pernah mampir atau nyebut namanya lagi. Kalau benar-benar ingin mampir atau harus mampir untuk menyampaikan oleh-oleh untuk mamanya Mrs. Re, beliau berani mampir di saat Mrs. Re tidak di rumah. Beliau mampir sebentar, melihat dan memegang-megang bayi kecil Mrs. Re habis itu buru-buru cabut. Sepertinya beliau mencoba melupakan dan menghilangkan perasaannya terhadap perempuan itu dengan cara menghindari pertemuan. Sebab Mrs. Re adalah jenis perempuan yang kalau kita temui maka kita akan makin terjerat pada dia.
Anehnya Mrs. Re yang biasanya kalau sudah beberapa waktu tidak bertemu atau kontak dengan Pak Presiden pasti mencari, juga tidak pernah mencoba menghubungi. Mungkin 'kenakalan' Presiden kami semasa kehamilannya itu benar-benar kelewatan sampai Mrs. Re nggak mau tahu lagi dengan beliau.

Tapi Tuhan punya kehendak lain, suatu siang, Pak Adam Presiden kami baru beberapa menit tiba dan menimang bayi lelaki Mrs. Re. Saya ternganga-nganga melihat Mrs. Re pulang. Padahal itu belum waktunya perempuan itu pulang. Saya gelagapan, tapi apa mau dikata?Bisa apa saya? Melarang Mrs. Re masuk ke rumahnya sendiri? Wah bisa-bisa dia panggil satpam, satpol PP, polisi, tentara kalau perlu.
Jadilah Mrs. Re masuk dan mendapati Pak Presiden di ruang tamu menimang anaknya. Mrs Re terdiam, Pak Adam bingung. Suasana sempat kaku, akhirnya Pak Adam menanyakan kabarnya dan Mrs. Re menjawab dengan kalem. Sukurnya nggak ada peristiwa tempeleng menempeleng di sana, Mrs. Re duduk di sofa melihat Pak Adam menggendong bayinya. Tapi Pak Adam justru bergegas mengembalikan si bayi ke ibunya dan pamit dengan gaya kakunya yang khas.
Di mobil dia diam saja bermenit-menit, terlihat berpikir dan merenung. Tiba-tiba dia bertanya "Andrez, bagaimana menurutmu dia?"
"Bayinya sehat."
"Ibunya, Andrez... Ibunya."
"Cantik." Pak Adam malah menggeleng.
"Dia tidak seperti dia." Sewaktu saya tanya apa maksud kalimat 'dia tidak seperti dia?' Pak Adam malah menghela napas panjang, meski akhirnya menjawab.
"Pakaiannya, kulitnya, pakaian bayinya. Itu sangat bukan Re yang saya kenal." Saya diam, setuju dalam hati, Mrs. Re kelihatan tidak 'se-sejahtera' sewaktu menjadi milik Pak Presiden kami.

Dulu saya mengira bahwa yang digilai Mrs. Re adalah seorang pengusaha muda Indonesia yang perusahaan raksasanya sangat terkenal dan berjaya, sampai-sampai perempuan itu menolak Presiden Direktur kami yang kaya raya, cerdas dan gagah. Sampai akhirnya hari itu, sewaktu saya melihat lagi Mrs. Re setelah sekian lama tidak bertemu, kenyataan bahwa mereka masih tinggal di rumah itu, dan (benar kata Pak Presiden) dari pakaian yang dia kenakan, pakaian bayinya, dan muka Mrs. Re yang kusam, saya yakin Mrs. Re menikahi laki-laki standar. Bukan executive muda apalagi pengusaha yang berjaya.

Lalu yang jadi pertanyaan; kenapa perempuan itu bisa-bisanya menolak pria sukses yang gagah, brilian dan mapan hanya demi laki-laki biasa yang kemudian membuat kulitnya kusam dan menyuruhnya memakai pakaian yang 'bukan untuk seorang Mrs. Re'?
Kenapa? Apa penyebabnya?
Apa kalian ada yang bisa mengira-ngira? Please tell me, I want to be chosen by a woman like her.