Sabtu, 12 September 2009

8 Lies of a mother

Ini saya kutip dari email yang dikirim teman saya hari ini.

Kamis, 10 September 2009

Tentang Pria yang Totally Tidak Romantis

Aku tahu sepanjang hari kemarin Pak Adam resah sekali, tapi seperti selayaknya pria dewasa yang menjabat top management, Pak Adam menutupi semua perasaannya dan tak ada ekspresi yang muncul di wajahnya. Tapi aku, bertahun-tahun menjadi ajudannya, bisa merasakan energi resah hati beliau.

Sewaktu makan siang, Pak Adam beberapa kali memeriksa ponselnya, pasti yang ia cari bukan pesan atau panggilan masuk dari rekan perusahaan, komisaris, atau bawahannya. Pasti ia mencari-cari jejak Miss. Re di ponselnya. Dan aku yakin wanita itu sama sekali nggak meninggalkan satu 'jejak' pun agar Pak Adam menghubunginya. Efeknya, Pak Adam makan sedikit sekali, membuat aku malu untuk menghabiskan makan siangku. Jadilah, aku juga menemaninya 'tidak menghabiskan makan siang'.

Pak Adam bukan tipe presiden yang mau makan sendiri di meja. Ia mempersilakan aku 'ajudan'nya untuk makan satu meja dengannya. Bukan sekedar menghargai dan menghormatiku, tapi karena ia juga ingin mendengar laporan-laporanku mengenai satu hal atau agenda-agenda. Atau bahkan gosip-gosip perusahaan saingan. Sebagai tangan kanan presiden, aku up to date mengenai itu semua.

Sering juga kami makan siang bertiga dengan Lorene, sekretaris Pak Adam. Aku dan Lorene memang bersama Pak Adam sejak ia pertama kali menginjakan kaki di kota ini. Pria indonesia satu ini bukan cuma mencintai hanya satu wanita, tapi tak pernah mengganti sekretaris atau ajudannya. Kalau kinerja bagus dan ia menyukainya, Pak Adam tak akan mendepak orang-orang dekatnya.

2 hari ini, Lorene sudah memesan dua buket mawar beludru dari florist Indonesia untuk dikirim ke Miss. Re. Sudah mengirim 2 paket cokelat Paris yang paling enak. Juga sudah mengirim beberapa e-card permohonan maaf ke emailnya. Hehehehe..... Pak Adam masih belum kapok-kapok juga menyuruh sekretarisnya mengirimi pesan-pesan macam itu, yang harusnya dia lakukan sendiri.

Beberapa tahun lalu, ketika Miss Re marah besar dan sama sekali tidak dapat dihubungi, sementara Pak Adam luar biasa sibuk dan tak punya waktu untuk merayunya, saat itu kami kebetulan terbang ke Jakarta untuk serangkaian rapat akbar dan penandatanganan MoU baru dengan rekanan. Pak Adam menyuruh sekretaris Jakartanya yang... sebut saja namanya Vanessa karena ia mirip si Vanessa Hudgens penyanyi itu.

Vanessa memasang tampang putus asa karena Pak Adam terus memintanya menghubungi Miss. Re. Kali ini permasalahan antara mereka sangat genting. Aku mengira kali itu Pak Adam akan benar-benar kehilangan malaikat pujaannya. Aku pikir habislah kali ini riwayat percintaan mereka yang memang tak mulus. Saking takutnya kehilangan Miss. Re, Pak Adam sampai berkata pada Vanessa yang sudah bertahun-tahun menjadi sekretarisnya, mulai dari beliau masih menjadi General Manager; "Hubungi sampai tersambung, atau saya pecat!"
Aku terperangah, Vanessa pucat. Kami paham betul watak beliau, Pak Adam nyaris tidak pernah membesarkan volume suaranya, tidak pernah mengintimidasi karyawan. Beliau pasti benar-benar merasa terancam kali ini. Habis berkata itu beliau kembali ke ruangannya, mempersiapkan diri untuk bertemu klien besar yang sudah bersama kami bertahun-tahun lamanya. Aku dan Vanessa saling menatap sejenak, gadis itu mengeluarkan ponsel miliknya. "Mati gue nih...." desisnya sambil menekan-nekan keypad.
"SMS ibu?" tanyaku padanya. Vanessa menggigit bibir bawahnya sambil mengangguk. "Hmmm.... bu... tolong angkat telepon sebentar saja, atau saya dipecat bapak. Bagaimana?" tanya Vanessa minta pendapatku. Mau apa lagi? aku mengangguk.
Menit setelah SMS terkirim, Vanessa mengangkat gagang telepon di meja, menelepon lagi, dan.... Miss. Re menjawab panggilannya. Miss Re yang sebenarnya berhati sangat lembut itu cukup akrab dengan Vanessa bahkan pernah meminta Vanessa memanggil namanya tanpa embel-embel apapun.
"Bu, maafkan saya... bapak sangat perlu bicara dengan ibu. Sangat-sangat penting, bu. Tolonglah bu... atau saya dipecat." Cerocos Vanessa begitu mendengar suara Miss. Re. Aku senang sekali melihatnya berhasil. Kemudian dengan sumringah Vanessa berkata; "terima kasih banyak ya bu!!" lalu menyambungkan telepon ke ruangan Pak Adam. Tapi tak sampai semenit lampu pertanda Pak Adam sedang on line sudah mati. Lha? Aku membayangkan Miss. Re cuma berkata; 'aku sibuk, kita bicarakan saja lagi nanti dan jangan pecat Vanessa'. Kalimat itu hanya butuh beberapa detik untuk keluar dari mulut Miss Re.

Usai lampu tanda Pak Adam on line di pesawat telepon di atas meja Vanessa mati, Pak Adam keluar dari ruangan, mendekati meja Vanessa. Saat itu rombongan klien muncul, Pak Adam menyambut mereka dan mempersilakan masuk. sebelum ia masuk Pak Adam menghampiri meja Vanessa memberikan satu ponselnya yang berisi kartu provider Indonesia pada Vanessa, juga sebuah majalah yang ia temukan di meja kerja Vanessa dan selintas ia bolak-balik sambil menunggu meeting yang hampir di mulai tadi. "Kirim ini pada ibu," kata Pak Adam menunjuk satu halaman yang berisi aneka kartu, sms-sms dan gambar-gambar yang lucu untuk dikirim ke kerabat atau pasangan.

"Yang mana, pak?"
"Kamu lebih tahu." jawab Pak Adam menatap langsung mata sekretarisnya, Vanessa tersenyum sambil mengangguk-angguk. Jadilah selama Pak Adam meeting dengan klien Vanesaa berlagak menjadi Pak Adam, mengirimkan sms dan gambar-gambar lucu yang dipesannya dari penyedia konten itu yang beriklan di majalahnya. Miss Re pasti luluh hatinya. Sehingga pada saat aku harus menjemputnya untuk terbang ke kampung halaman Pak Adam untuk menengok ibunya Pak Adam yang sakit pastilah wajah Miss Re sudah sumringah.

Menjelang sore aku menjemputnya, tapi hati Miss Re rupanya belum luluh. saat serangkaian meeting sudah selesai dan Pak Adam muncul dari ruang meeting, Miss Re dengan jelas menolak kecupannya. kami lalu meninggalkan gedung kantor dan beranjak ke bandara Soekarno-Hatta dengan suasana senyap.

Di dalam pesawat Pak Adam dengan sabar mencoba membujuk malaikatnya, membisikkan sesuatu atau mencoba menggenggam tangannya, tapi dengan sadis Miss Re menolak. Aku melihat bossku sungguh nelangsa. Padahal sebagai lelaki aku bisa membayangkan betapa rindu dendam Pak Adam sudah sampai diubun-ubun setelah berbulan-bulan tidak menjumpai kekasihnya. Tentu ia sangat ingin memeluk, mencium dan menjamah tubuh moleknya.

Tak sampai dua jam kami sudah tiba di kampung halaman Pak Adam dan langsung menuju rumah sakit, Pak Adam terkejut bukan kepalang mendapati ibunya sedemikian parah. sebelumnya keluarga hanya mengabari bahwa ibunya sakit tanpa menceritakan bahwa kondisinya buruk. Suasana menjadi begitu berduka. Itu pertama kali aku melihat Miss. Re menangis. Aku melihatnya bak bidadari surga yang sedang berduka, sementara bossku menggenggam tangan ibunya dan membisiki sesuatu di telinga wanita tua itu.

"Bu..." terdengar suara Pak Adam memanggil ibunya pelan diantara isak tangis Miss Re. "Bu, ini Adam dan Re datang untuk ibu." Ucap si putera bungsu itu membujuk ibunya. "Bangun, bu. Ini Adam dan Re." Aku berdiri kaku di dekat pintu menyaksikan adegan ini. Menelan ludahku, teringat ibuku sendiri yang sudah lama tak kutengok.
"Saya akan lakukan apapun, yang ibu mau. Yang ibu minta, bu...." Mendengar itu aku mengerutkan kening, mengira bossku sudah tak waras. Mengabulkan apapun? Bah! Kalau ibunya menyuruhnya menikah? Dan sebagai ibu yang telah sukses membesarkan anak-anak berprestasi, ibunya hanya ingin melihat Pak Adam menikah. Tak ada lagi keinginan lain.
"Bu, bangunlah. Saya dan Re akan...." Pintu di sampingku membuka tanpa ketukan, aku terdorong pintu. Terkejut dan nyaris jatuh. Seorang kakek tua berjenggot putih lebat dan berperut buncit muncul dari balik pintu. Aku membukakan lebih lebar dan beliaupun masuk sambil memamerkan senyum tanda terima kasih padaku.
"..... kami akan.... akan menikah." mendengar kalimat Pak Adam itu aku dan si kakek tua sama-sama menoleh ke arah tempat tidur.
"Alhamdulillaaaah!!" ungkapan seorang muslim yang merasa bersyukur, tercetus keras dari mulut si kakek, mengejutkan kami semua bahkan termasuk aku yang berdiri di sebelahnya. Aku melihat Pak Adam terpana, apalagi Miss Re yang sepertinya sangat tak terima dengan kalimat Pak Adam tadi. Si kakek tua menghampiri ke dua cucunya.
"Jadi kalian akan segera menikah? Bunda Sofie pasti langsung sembuh." Kakek tua memeluk ke dua cucunya sekaligus. lalu sang cucu bergantian bersalaman padanya dengan hormat. Usai itu Miss Re meninggalkan mereka.
"Kakek naik apa ke sini?" tanya Pak Adam sambil memperhatikan Miss Re yang melangkah ke pintu, aku bergegas membukakan pintu untuknya.
"Kakek dari kemarin ada di sini." kata si kakek yang berbahagia sambil menepuk-nepuk bahu Pak Adam dengan bangga.
"Kek, saya mau keluar sebentar saja." Pamit Pak Adam lalu bergegas menuju pintu, dan aku membukakan pintu itu lagi. Pak Adam pasti mengejar Miss. Re.
"Kamu penjaganya Adam 'kan? Kenapa tidak ikuti dia?" kata si kakek masih menyeringai ramah. Aku membuka mulutku ingin menerangkan bahwa aku ajudan yang bertindak sebagai asisten pribadi, sama sekali bukan pengawal pribadi untuk melindungi Pak Adam dari penjahat. Lagian Pak Adam lebih bisa melindungi diri sendiri ketimbang aku.
"Ayo, lakukan tugasmu dengan baik, penjahat belakangan ini tidak perduli rumah sakit atau mall sekalipun. Ada kesempatan mereka menyerang." kata si kakek sambil mendorongku keluar. "Beritahu juga bahwa kakek mau istirahat dulu di rumah, akek sudah capek dari pagi di sini. Besok pagi kakek gantian lagi jaga di sini." Celoteh kakek saat mendorongku keluar.

Di luar ruangan aku melihat Pak Adam melangkah lebar-lebar mencari Miss Re. Aku tak mau mendekat. Jadi aku melenggang pelan sambil memperhatikannya dari jauh, mungkin ia akan perlu bantuanku.

Pak Adam menoleh ke sekeliling mencari sosok Miss Re. Kami tiba di food court, kulihat Pak Adam mendekati seorang wanita berkemeja putih. Itu pasti Miss Re. Aku berdiri, menyandar di railing memperhatikan bossku menghampiri wanita yang duduk membelakangi kami. Pak Adam langsung merengkuh bahunya sambil memberi kecupan. Gila! Dari tempatku berdiri, bersamaan dengan itu dari pintu masuk yang lain Miss Re muncul dan terbelalak melihat Pak Adam mendaratkan ciuman di pipi wanita itu.
Wanita yang dicium memekik terkejut, Miss Re meradang "Adam!" Aku menegakkan berdiriku, terkejut bukan kepalang. "Maaf, miss. Saya pikir anda tunangan sa... ya..." kata Pak Adam seraya menunjuk Miss Re yang sudah melalui mereka. Aku melihat wanita itu merona saat melihat pria yang menciumnya ternyata begitu menawan. "Maafkan dan permisi," kata Pak Adam langsung melesat ke arah wanitanya yang makin murka. Aku membiarkan Pak Adam melesat melewatiku, setelah beberapa detik dan aku yakin aku telah membuat jarak aku melenggang pelan ke arah mereka.

Dari kejauhan aku melihat Pak Adam sudah berhasil menjajari Miss. Re, ia meyakinkan wanita itu bahwa dirinya mengira wanita tadi adalah Miss Re. Miss Re dengan sadis melengos saja membuang muka. Aku berhenti di tempat karena mereka berdua berhenti di lorong sepi, Miss Re terlihat memuntahkan kata-kata dengan emosi meluap. Intinya ia tidak terima karena Pak Adam mengucapkan "kami akan menikah", apalagi kemudian kakeknya mendengar kalimat itu. Miss Re menuntut dengan kesal 'bagaimana ini?'
Pak Adam dengan serius menjawab, 'ya lakukan saja.' Itu membuat Miss Re melempar Pak Adam dengan tas tangannya lalu melangkah kesal. Pak Adam, dengan tas tangan wanita di kedua tangannya menggeleng-geleng menatap bidadari ngamuk itu menjauh lalu masuk ke ruangan bunda Sofie. Pak Adam mengeluarkan ponsel, menelepon, aku baru berani mendekatinya.
"Vaness, tolong kirimi lagi sms-sms yang tadi. Dengan ucapan maaf sebesar-besarnya."
"Ya pada ibu. Siapa lagi?" Pak Adam menutup sambungan dan mengantongi ponsel, menatapku. Aku menatapnya. "Kacau?" tanyaku sambil menahan senyum.
"Kacau balau."
"Hmm... tapi yang tadi cantik juga." ledekku mencoba meredakan ketegangan, Pak Adam tersenyum kecil, "pantas Re marah besar. Cantik ya yang tadi?" tanya Pak Adam padaku.
"Cantik!" jawabku meyakinkan. Kami lalu bersisian menuju ruang VVIP ibu Sofie.

Di ruang itu Miss Re sedang duduk di sebuah bangku kecil di sisi ranjang Ibu Sofie, membelai-belai telapak tangannya. Aku duduk di sebuah sofa, dan Pak Adam mengambil tempat di sofa panjang di sisi kananku, memainkan ponselnya. Membuat Miss Re mengira sms-sms manis yang masuk ke ponselnya datang dari jemari Pak Adam. Padahal si Adam itu mana bisa merayu dan menciptakan kata-kata manis atau gambar lucu.

Setelah beberapa kali memeriksa ponsel dan melihat pesan-pesan manis di ponselnya. Aku bisa pastikan ketegangan di wajah Miss Re mengendur, bahkan bisa kulihat sekilas senyuman manisnya yang ia sembunyikan. Vanessa hebat. Aku menyandarkan tubuh, Pak Adam juga. Sambil masih memainkan games di ponselnya ia menyandar santai.

Sepuluh menit tak terdengar lagi nada sms ponsel Miss Re. Rupanya Vanessa sudah berhenti menyerang ponsel Miss Re. Pak Adampun sudah menguap berkali-kali. Karena terlalu letih dan mengantuk, beliau tertidur. Aku pun sangat mengantuk.

Tiba-tiba, 5 menit kemudian. Saat aku hampir tertidur, terdengar lagi suara nada sms dari ponsel Miss Re. Aku terjaga dan melihat ke arah perempuan itu. Miss Re mengerutkan keningnya, melihat layar, lalu melihat Pak Adam yang terlelap. Jantungku berdetak kencang. Masalah lagi. Miss Re dengan gagah menghampiri Pak Adam.

"Signora, jangan..." cegahku saat Miss Re mengulurkan tangan ke arah bossku. Aku tahu ia akan mengamuk. Miss Re menampik tanganku, menatap tajam mataku seolah berkata 'jangan ikut campur', jadilah aku mengangkat tangan dan menjauh. Miss Re menyebut nama bossku lengkap-lengkap. Pertanda ia marah.

"Ya, dear?"
"Hebat ya, sambil tidur bisa kirim sms!" Miss Re menunjukkan layar ponselnya, Pak Adam terkesiap. Aduuuuh... Aku menepuk jidat! Salahku juga, harusnya aku berinisiatif memberi tahu Vanessa agar tidak lagi mengirim sms sebab Pak Adam tertidur.
"Oh... itu sms terakhir sebelum saya tertidur, dear. Mungkin providernya sangat sibuk tadi." Kilah Pak Adam. Aku meringis melihat Miss Re berdiri mendominasi, menjulang di depan Pak Adam yang duduk terintimidasi di sofa.
"Apa isinya?" tanya Miss Re dingin.
"Isinya..... ehm! gambar beruang dengan..."
"Salah!!" Mataku membulat saat Miss Re menyerbu Pak Adam, jantungku melonjak mengira akan melihat adegan panas. Tahunya Miss Re sedang mencoba merebut ponsel di balik jas Pak Adam.
"Re... Re.... sayang..." keluh Pak Adam mencoba mempertahankan ponselnya, tapi Miss Re berhasil merebut. Ia menggeleng-geleng mendapati ponsel itu berisi provider Italia, bukan dari ponsel yang mengiriminya sms-sms manis. Ia lalu menelepon sambil terus menatapi Pak Adam yang menangkup ke dua tangan di wajahnya.
"Vanessa! Ini bukan Pak Adam." kata Miss Re pastinya memotong celoteh Vanessa yang cerewet. Kubayangkan Vanessa di Jakarta pasti langsung gemetar dan serta merta meracau minta maaf.
"Ya sudah." kata Miss Re lalu menutup sambungan. Ia mengembalikan ponsel Pak Adam, mengambil tasnya lalu keluar. Pak Adam serta merta mengejar. Aku menunggu saja di ruangan ber AC itu. Lelah dengan pengejaran si James Bond satu ini. Lima belas menit kemudian bossku kembali tanpa bidadarinya. Ia langsung mengempaskan tubuh di sofa dan menutup matanya.

Dan hari ini, Pak Adam mengulangi tingkah yang sama; meminta sekretarisnya mengirimi permintaan maaf pada Miss Re yang murka. Aku heran.... apa dia nggak kapok? Tapi dia juga terlalu tidak mampu membujuk dan merayu wanita. Pak Adam totally tidak romantis, dan tidak punya waktu. Tapi cintanya serius hanya untuk satu wanita.

Senin, 07 September 2009

Pertanda Buruk

Pak Adam pagi ini muncul dengan tampang prima, seperti biasa. Tapi seperti sering terlihat juga matanya kosong. Hari ini mata Pak Adam bukan sekedar kosong, tapi lelah dan sendu. Apa efek lembur semalam? Tapi kan si maniak ini memang cuma biasa tidur 4 jam sehari. Cuma satu hal yang membuat Pak Adam berpenampilan seperti itu? Tunangannya.

Hmmmphh...... Begitu datang, beliau menghempas tubuh di kursi presiden yang besar dan kokoh itu. Seperti orang kelelahan, menyandar di sana. Biasanya dia langsung aktif mengecek sana-sini, menanyakan agenda dan langsung tekun bekerja.

Aku, yang sudah bertahun-tahun jadi asisten pribadinya sudah hapal betul. Pak Adam cuma bisa lumpuh begini kalau tunangannya, Pak Adam suka menyebut namanya dengan satu huruf konsonan dan satu vokal; Re. Kalau Re bertindak 'nakal'.

Pak Adam biasa mengatasi hal-hal rumit yang terjadi di kantor. Dengan pintar menyelesaikan masalah-masalah, kehebohan-kehebohan, tragedi atau pesta. Tapi menghadapi perempuan satu itu, Pak Adam bisa dibuat terbanting-banting mentalnya. Bikin aku sebal, kesal dan heran.

Apa susahnya sih cari perempuan lain? Buat Pak Adam itu sekedar menjentikkan tangan saja. Kenapa harus membiarkan satu orang perempuan melumpuhkannya? Bukannya itu menyedihkan?

Perempuan itu, yang dengan irit namanya cuma disebut 'Re', padahal cuma seorang perempuan berumur 25 an. Perbedaan umur yang jauh sepertinya punya andil membuat hubungan mereka pelik. Mau tau seperti apa perempuan yang bertahun-tahun menggonjang-ganjing jagat Presiden perusahaan Internasional?

Ya ampun.... cuma cewek biasa. Cantik sih. Manis memang. Pintar juga iya. Cerdas juga. Tapi bukan kalangan jet setter. Penampilannya selayaknya wanita manis yang punya tunangan milioner. Dia, sama seperti tunangannya, tidak suka dugem, tidak merokok dan tidak mabuk-mabukan.

Kalau muncul di Italia, dia mengenakan busana atau gaun (tergantung di acara apa dia muncul) karya desainer terkenal, dengan warna-warna kalem, desain kalem atau manis, berkelas. Jarang terlihat belahan dada atau seluruh bahunya. Menenteng tas wanita yang bagus, dengan high heels yang tidak terlalu tinggi atau boot yang cantik.

Warna-warni di mukanya kalem saja, kalau harus ke toko untuk belanja, ia nyaris tak ber make-up. Kalau muncul di pesta yang glamor maka make-up nya natural dan ia selalu berpenampilan seperti dewi-dewi Yunani yang bersahaja. Dengan perhiasan berdisain manis. Lha.... kalau sedang muncul di pesta mewah barulah wanita Aseli Indonesia ini terlihat menonjol.

Maksudku, lekuk tubuhnya, dadanya menonjol hahahahaha.... rupawan sekali! Aku sadari bahwa wanita ini aduhai juga saat pertama kali Miss. Re muncul di pesta di Roma bertahun-tahun lalu. Maksudnya... lekuknya aduhai.

Aku dibuat iri setengah mampus melihat bosku melingkarkan tangan di pinggangnya yang ramping tapi berkurva. Seperti.... mencontek gambaran norak dari buku-buku; lekok biola mewah, seperti kurva S yang sempurna. Perempuan itu kontan terlihat sangat wanita saat tubuhnya berpadu dengan tubuh Pak Adam yang tinggi besar. Terlihat seperti Aphrodite dipeluk Dewa perang. Begitu mungil, lembut, seksi, perlu dipeluk, perlu dilindungi.

Selain lekuk tubuhnya bagus, Miss yag satu ini juga sangat attractive kalau sedang tersenyum. Ada sepasang lesung pipi yang pasti membuat semua mata tertancap di sana. Kadang aku maklum kenapa Pak Adam menggilai wanita muda ini.

Bagaimana tidak? Aku saja kadang menghayalkan tunangan bosku ini. Menghayalkan keempukan tubuhnya, keempukan suaranya, kira-kira bagaimana dia bertingkah di tempat tidur. Apa semanis penampilannya yang bak dewi yunani? Atu justru berubah total?

Sayangnya, bosku kurang beruntung karena sepertinya nona muda ini tidak terlalu mencintainya. Tidak terlalu mencintai atau total tidak mencintai tepatnya? hehehehe.... Nona muda ini suka sekali membuat keributan dalam hubungan mereka. Suka sekali membuat bosku lumpuh di kursi Presidennya (meski di depan semua karyawan lain dia tidak pernah memperlihatkan kelemahan itu).

Nona ini punya PIL (Pria Idaman Lain), begitu yang aku simpulkan setelah bekerja dengan Pak Adam bertahun-tahun. Aku pribadi belum pernah melihat seperti apa PIL Miss Re. Teorinya kalau seorang wanita menolak pria kaya raya yang muda dan cerdas demi pria lain. Pastilah si pria lain itu lebih dari sekedar kaya raya, muda dan cerdas 'kan? Mungkin dia pengusaha sukses di Indonesia? Yang perusahaannya telah ekspansi ke penjuru dunia.

Kalau memang begitu, tentu saja Pak Adam kalah. Meski kemana-mana naik pesawat jet, tapi itu kan fasilitas kantor. Meski digit gajinya mencengangkan, tapi Pak Adam sekedar presiden dan bukan pemilik perusahaan.

Masalahnya Pak Adam tak mau melepas Miss Re begitu saja. Pak Adam yang notabenenya masih terikat saudara jauh dengan wanita ini sudah mencintainya sejak mereka kecil. Oh My God.... what a terrible romance!

Yang aku tahu Pak Adam juga tidak mengencani wanita lain. Sesekali Pak Adam keluar dengan puteri bungsu pemilik perusahaan ini, namanya..... sebut saja... Paris lah! Sebab lagak-lagu nya cewek satu ini setengil Paris Hilton. Sama-sama puteri milyoner, sama-sama antik, sama-sama bertubuh garing, suka pesta, dugem dan mabuk.

Pak Adam keluar dengan Paris dengan setengah hati. Si bungsu ini manjanya setengah mati, egois, nakal, binal. Pak Adam sering geram dengan cara Paris memepetnya. Aku sih ngiler... karena Paris model yang cantik. dan kebinalannya itu sungguh menggoda.

Paris jatuh cinta pada Pak Adam sejak pertama kali Pak Adam datang ke Roma, sayangnya Pak Adam sampai hari ini, setelah bertahun-tahun tinggal di negara ini, masih belum tertarik mengencani super model itu.
Aku, meski sejak lahir sampai lulus sekolah tinggal di Indonesia, masih belum bisa memahami jalan pikiran boss ku. Bagaimana pria sendirian yang tinggal jauh dari keluarga tidak selingkuh dari tunangannya?
Akhirnya pagi ini, walau tidak ditanya, aku mengingatkan Pak Adam akan skedulnya hari ini. Pak Adam mendengarkan dengan lesu, setelah selesai membacakan, aku sebagai salah seorang terdekatnya akhirnya bertanya; "Apa bapak sehat?" dia baru bergerak sedikit, melihatku.
"Kelihatannya?" Dia balik tanya, membuatku berkedip dua kali, memilih jujur atau bohong. "Tidak baik," jawabku memilih jujur.
"Begitulah."
"Signoritta?" tanyaku sambil menunjuk pigura kecil di atas meja mewahnya yang lebar.
"Rumit ya?" Pasti maksudnya yang rumit adalah sikap wanita. Bagiku sih tak ada yang rumit; kalau mereka bertingkah, tinggalkan saja!
"Hal yang rumit itu harus digarap dengan kesabaran dan ketelitian kan?" Kataku sebenarnya karena nggak tahu harus komentar apa.
"Lalu?" pancing Pak Adam sambil menegakkan duduknya. Aku bergegas membantu menyalakan desktop dan laptopnya. "Lalu? Hmm... apa ya?" aku berpikir sambil terus bergerak menyalakan perlatan kerja presiden. "Ya.... Kalau tak berhasil menggarapnya, berikan saja pada bawahan untuk menggarapnya." Detik kemudian aku sadari ocehanku tadi total ngaco, reaksi Pak Adam adalah melayangkan tonjokan pelan ke bahu kananku.
"Enak saja!" serunya, aku cengengesan.
Sepanjang hari ini aku hampir-hampir tak mengerjakan pekerjaan apapun, Pak Adam memerintahkan supaya aku terus menerus mencoba menghubungi wanitanya yang sepertinya sedang marah besar. Pak Adam saja tak berhasil menghubunginya. Apalagi aku. Sampai mual aku mendengarkan nada sambung ponselnya. Ketika akhirnya aku mendengar suara wanita itu, girang bukan kepalang dan berlonjak-lonjak jantungku. Sampai-sampai aku lupa mengubah mode lidahku dari Italia ke English dan itu membuat si nona cantik dengan tak sabar menginterupsi; "You know I can't speak Italy, don't you?"
"Bapak berkenan bicara dengan anda, signoritta." kataku akhirnya dalam bahasa Indonesia, sambil membayangkan sosok wanita di seberang sambungan.
"Please tell him to call me back later, I'm in a class." Katanya buru-buru, aku baru membuka mulut untuk bertanya jam berapa dia bersedia dihubungi lagi, tapi sudah terdengar sambungan terputus. Membuat hatiku merasa nelangsa. Apa yang harus aku laporkan pada Pak Adam; dia minta dihubungi lagi nanti. 'Kapan?' masak aku jawab 'mana aku tahu?'
Ajudan pantang menjawab 'aku tidak tahu' mengenai janji-janji, skedul dan rencana-rencana. Jadi aku menelepon lagi seperti orang gila nomor miss satu itu, dan ia sama sekali tidak menggubris. Tak habis akal, aku sms dia dari hp pribadiku.
Selamat sore, Signoritta. Pukul berapa sebaiknya saya menghubungi agar bapak dapat bicara dengan anda?
Aku menunggu dengan resah untuk jawabannya, sambil menghitung-hitung dengan jari, apa benar di Jakarta sudah sore. Ketika masuk sebuah sms darinya, aku bergegas membuka.
Aku yang akan menghubungi kalau sudah tepat saatnya.
Aku lemas membaca itu, pernah dulu nona ini menjawab hal yang sama, dan sampai seminggu kemudian dia belum menelepon dan menolak panggilan kami. Membuat aku harus menemani Pak Adam berbaring malam-malam di pinggir sungai dalam rangka mendinginkan kepala dan hatinya. Membuat aku masuk angin dan kedinginan. Ini pertanda buruk.

Minggu, 06 September 2009

Who 'Andrez Moreno' is?

It's my 1st blog. Hope you'll like this simple blog.

Blog ini se simpel saya, si pemilik. Saya nggak suka merias rumah, menghias mobil ataupun menghias blog. Awalnya mau punya blog saja cuma disimpan di angan-angan. Bagaimana tidak? Ritme kerja saya sebagai ajudan President Director perusahaan kimia yang punya 14 cabang sejagat raya benar-benar Hmmmmpppph.......... (apalagi si bapak presiden ya?)

Kantor pusat kami ada di ibu kota Italia. Tapi jangan heran kalau saya beri tahu hal yang satu ini; president director saya (eh kami) itu orang Indonesia ASELI! (saking aslinya pakai 'E'). Bahkan saya si ajudannya saja campur-campur Italia, Indonesia, Portugis. Tapi meski campur aduk, hati saya INDONESIA, meski sekarang tinggal di Itali demi pekerjaan (Baca: demi gaji tinggi).

Saya tidak mungkin menyebut nama si presiden saya dengan real namenya, seperti saya juga tak mungkin memberi tahu nama perusahaan. Sebab apa yang saya tulis di blog ini nantinya mungkin bertautan bukan hanya dengan hidup saya, tapi juga si bos yang mengisi 24 jam selama 7 hari kehidupan saya, tunangan si bos (yang alamaaaaak..... beautiful), dan juga perusahaan. Jadi sebut saja bos saya dengan nama........ Adam (1st man in this world as the 1st man in my company).

Setelah bertahun-tahun memendam keinginan punya blog, hari ini saya nekat merealisasikannya. Meski tak yakin bisa masukkan posting regularly. So, kalian pembaca harap maklum ya? Meski demikian sedapat mungkin saya akan berusaha keras menulis cerita-cerita, pengalaman, unek-unek atau apapun. Tapi jangan lupa di komentari ya?

Saya lahir di Indonesia, sampai SMA. Lalu kuliah di kampung halaman papa di Italia. Bekerja di sana, sampai akhirnya mengasisteni si bapak direktur ini. Bapak Adam sih lahir dan besar di Indonesia, merintis karir di kantor cabang Jakarta kami, menanjak terus jadi GM, lalu ditarik ke pusat karena prestasi gemilang dan otak cemerlangnya. Mode iri on!

Bukan sekedar karirnya yang bikin iri. Kehidupannya. Ketenarannya diantara cewe-cewe di sini juga bikin iri! Pak Adam dipepet jenis wanita beikut ini; eksekutif yang berotak penuh, bintang film dan model yang berdada penuh. Tahu aku iri pada keberuntungannya, Pak Adam selalu bertanya; "kamu mau dia? ambil saja!" begitu katanya dengan enteng. Pak Adam memang jenis pria langka dengan sifat mengherankan; cinta mati sama satu orang. Norak amat ya??

Kehidupan percintaan? Saya punya dua orang pacar; yang satu tinggal di Turin yang satu lagi di Roma. Punya pacar di kota yang sama memang enak rasanya; bisa bertemu begitu ada waktu luang, meski hanya cukup untuk french kisses sambil saling raba. Tapi yang menyebalkan; mata-matanya di mana-mana. Membuat susah bertindak jauh dengan wanita-wanita yang sedang memepet Pak Adam. ;)

Pulang ke Indonesia? Dulu sih sering sekali. Tapi beberapa tahun jadi jarang sejak ditemukannya 3G, persis seperti cara menyidang penjahat kelas kakap di Italia; si penjahat tidak dibawa ke ruang sidang melainkan melalui 3G. Begitu juga cara rapat antar cabang, cukup melalui 3G. Jadi makin jarang pulang ke Indonesia.

Tapi saya sebenarnya bercita-cita untuk pulang dan menetap di Indonesia nanti (mungkin di hari tua). Saya selalu merindukan iklim tropis, air kelapa, rendang, apapun yang asli Indonesia kecuali kemacetannya.

Cukuplah dulu pembukaan blog ini. Sebenarnya pendorong utama saya nekat membuat blog adalah seorang wanita Indonesia yang manis dan sempurna (menurut saya), selain itu juga pekerjaan dan orang-orang menarik di perusahaan ini yang sepertinya seru untuk dibaca mereka yang suka baca.