Senin, 07 September 2009

Pertanda Buruk

Pak Adam pagi ini muncul dengan tampang prima, seperti biasa. Tapi seperti sering terlihat juga matanya kosong. Hari ini mata Pak Adam bukan sekedar kosong, tapi lelah dan sendu. Apa efek lembur semalam? Tapi kan si maniak ini memang cuma biasa tidur 4 jam sehari. Cuma satu hal yang membuat Pak Adam berpenampilan seperti itu? Tunangannya.

Hmmmphh...... Begitu datang, beliau menghempas tubuh di kursi presiden yang besar dan kokoh itu. Seperti orang kelelahan, menyandar di sana. Biasanya dia langsung aktif mengecek sana-sini, menanyakan agenda dan langsung tekun bekerja.

Aku, yang sudah bertahun-tahun jadi asisten pribadinya sudah hapal betul. Pak Adam cuma bisa lumpuh begini kalau tunangannya, Pak Adam suka menyebut namanya dengan satu huruf konsonan dan satu vokal; Re. Kalau Re bertindak 'nakal'.

Pak Adam biasa mengatasi hal-hal rumit yang terjadi di kantor. Dengan pintar menyelesaikan masalah-masalah, kehebohan-kehebohan, tragedi atau pesta. Tapi menghadapi perempuan satu itu, Pak Adam bisa dibuat terbanting-banting mentalnya. Bikin aku sebal, kesal dan heran.

Apa susahnya sih cari perempuan lain? Buat Pak Adam itu sekedar menjentikkan tangan saja. Kenapa harus membiarkan satu orang perempuan melumpuhkannya? Bukannya itu menyedihkan?

Perempuan itu, yang dengan irit namanya cuma disebut 'Re', padahal cuma seorang perempuan berumur 25 an. Perbedaan umur yang jauh sepertinya punya andil membuat hubungan mereka pelik. Mau tau seperti apa perempuan yang bertahun-tahun menggonjang-ganjing jagat Presiden perusahaan Internasional?

Ya ampun.... cuma cewek biasa. Cantik sih. Manis memang. Pintar juga iya. Cerdas juga. Tapi bukan kalangan jet setter. Penampilannya selayaknya wanita manis yang punya tunangan milioner. Dia, sama seperti tunangannya, tidak suka dugem, tidak merokok dan tidak mabuk-mabukan.

Kalau muncul di Italia, dia mengenakan busana atau gaun (tergantung di acara apa dia muncul) karya desainer terkenal, dengan warna-warna kalem, desain kalem atau manis, berkelas. Jarang terlihat belahan dada atau seluruh bahunya. Menenteng tas wanita yang bagus, dengan high heels yang tidak terlalu tinggi atau boot yang cantik.

Warna-warni di mukanya kalem saja, kalau harus ke toko untuk belanja, ia nyaris tak ber make-up. Kalau muncul di pesta yang glamor maka make-up nya natural dan ia selalu berpenampilan seperti dewi-dewi Yunani yang bersahaja. Dengan perhiasan berdisain manis. Lha.... kalau sedang muncul di pesta mewah barulah wanita Aseli Indonesia ini terlihat menonjol.

Maksudku, lekuk tubuhnya, dadanya menonjol hahahahaha.... rupawan sekali! Aku sadari bahwa wanita ini aduhai juga saat pertama kali Miss. Re muncul di pesta di Roma bertahun-tahun lalu. Maksudnya... lekuknya aduhai.

Aku dibuat iri setengah mampus melihat bosku melingkarkan tangan di pinggangnya yang ramping tapi berkurva. Seperti.... mencontek gambaran norak dari buku-buku; lekok biola mewah, seperti kurva S yang sempurna. Perempuan itu kontan terlihat sangat wanita saat tubuhnya berpadu dengan tubuh Pak Adam yang tinggi besar. Terlihat seperti Aphrodite dipeluk Dewa perang. Begitu mungil, lembut, seksi, perlu dipeluk, perlu dilindungi.

Selain lekuk tubuhnya bagus, Miss yag satu ini juga sangat attractive kalau sedang tersenyum. Ada sepasang lesung pipi yang pasti membuat semua mata tertancap di sana. Kadang aku maklum kenapa Pak Adam menggilai wanita muda ini.

Bagaimana tidak? Aku saja kadang menghayalkan tunangan bosku ini. Menghayalkan keempukan tubuhnya, keempukan suaranya, kira-kira bagaimana dia bertingkah di tempat tidur. Apa semanis penampilannya yang bak dewi yunani? Atu justru berubah total?

Sayangnya, bosku kurang beruntung karena sepertinya nona muda ini tidak terlalu mencintainya. Tidak terlalu mencintai atau total tidak mencintai tepatnya? hehehehe.... Nona muda ini suka sekali membuat keributan dalam hubungan mereka. Suka sekali membuat bosku lumpuh di kursi Presidennya (meski di depan semua karyawan lain dia tidak pernah memperlihatkan kelemahan itu).

Nona ini punya PIL (Pria Idaman Lain), begitu yang aku simpulkan setelah bekerja dengan Pak Adam bertahun-tahun. Aku pribadi belum pernah melihat seperti apa PIL Miss Re. Teorinya kalau seorang wanita menolak pria kaya raya yang muda dan cerdas demi pria lain. Pastilah si pria lain itu lebih dari sekedar kaya raya, muda dan cerdas 'kan? Mungkin dia pengusaha sukses di Indonesia? Yang perusahaannya telah ekspansi ke penjuru dunia.

Kalau memang begitu, tentu saja Pak Adam kalah. Meski kemana-mana naik pesawat jet, tapi itu kan fasilitas kantor. Meski digit gajinya mencengangkan, tapi Pak Adam sekedar presiden dan bukan pemilik perusahaan.

Masalahnya Pak Adam tak mau melepas Miss Re begitu saja. Pak Adam yang notabenenya masih terikat saudara jauh dengan wanita ini sudah mencintainya sejak mereka kecil. Oh My God.... what a terrible romance!

Yang aku tahu Pak Adam juga tidak mengencani wanita lain. Sesekali Pak Adam keluar dengan puteri bungsu pemilik perusahaan ini, namanya..... sebut saja... Paris lah! Sebab lagak-lagu nya cewek satu ini setengil Paris Hilton. Sama-sama puteri milyoner, sama-sama antik, sama-sama bertubuh garing, suka pesta, dugem dan mabuk.

Pak Adam keluar dengan Paris dengan setengah hati. Si bungsu ini manjanya setengah mati, egois, nakal, binal. Pak Adam sering geram dengan cara Paris memepetnya. Aku sih ngiler... karena Paris model yang cantik. dan kebinalannya itu sungguh menggoda.

Paris jatuh cinta pada Pak Adam sejak pertama kali Pak Adam datang ke Roma, sayangnya Pak Adam sampai hari ini, setelah bertahun-tahun tinggal di negara ini, masih belum tertarik mengencani super model itu.
Aku, meski sejak lahir sampai lulus sekolah tinggal di Indonesia, masih belum bisa memahami jalan pikiran boss ku. Bagaimana pria sendirian yang tinggal jauh dari keluarga tidak selingkuh dari tunangannya?
Akhirnya pagi ini, walau tidak ditanya, aku mengingatkan Pak Adam akan skedulnya hari ini. Pak Adam mendengarkan dengan lesu, setelah selesai membacakan, aku sebagai salah seorang terdekatnya akhirnya bertanya; "Apa bapak sehat?" dia baru bergerak sedikit, melihatku.
"Kelihatannya?" Dia balik tanya, membuatku berkedip dua kali, memilih jujur atau bohong. "Tidak baik," jawabku memilih jujur.
"Begitulah."
"Signoritta?" tanyaku sambil menunjuk pigura kecil di atas meja mewahnya yang lebar.
"Rumit ya?" Pasti maksudnya yang rumit adalah sikap wanita. Bagiku sih tak ada yang rumit; kalau mereka bertingkah, tinggalkan saja!
"Hal yang rumit itu harus digarap dengan kesabaran dan ketelitian kan?" Kataku sebenarnya karena nggak tahu harus komentar apa.
"Lalu?" pancing Pak Adam sambil menegakkan duduknya. Aku bergegas membantu menyalakan desktop dan laptopnya. "Lalu? Hmm... apa ya?" aku berpikir sambil terus bergerak menyalakan perlatan kerja presiden. "Ya.... Kalau tak berhasil menggarapnya, berikan saja pada bawahan untuk menggarapnya." Detik kemudian aku sadari ocehanku tadi total ngaco, reaksi Pak Adam adalah melayangkan tonjokan pelan ke bahu kananku.
"Enak saja!" serunya, aku cengengesan.
Sepanjang hari ini aku hampir-hampir tak mengerjakan pekerjaan apapun, Pak Adam memerintahkan supaya aku terus menerus mencoba menghubungi wanitanya yang sepertinya sedang marah besar. Pak Adam saja tak berhasil menghubunginya. Apalagi aku. Sampai mual aku mendengarkan nada sambung ponselnya. Ketika akhirnya aku mendengar suara wanita itu, girang bukan kepalang dan berlonjak-lonjak jantungku. Sampai-sampai aku lupa mengubah mode lidahku dari Italia ke English dan itu membuat si nona cantik dengan tak sabar menginterupsi; "You know I can't speak Italy, don't you?"
"Bapak berkenan bicara dengan anda, signoritta." kataku akhirnya dalam bahasa Indonesia, sambil membayangkan sosok wanita di seberang sambungan.
"Please tell him to call me back later, I'm in a class." Katanya buru-buru, aku baru membuka mulut untuk bertanya jam berapa dia bersedia dihubungi lagi, tapi sudah terdengar sambungan terputus. Membuat hatiku merasa nelangsa. Apa yang harus aku laporkan pada Pak Adam; dia minta dihubungi lagi nanti. 'Kapan?' masak aku jawab 'mana aku tahu?'
Ajudan pantang menjawab 'aku tidak tahu' mengenai janji-janji, skedul dan rencana-rencana. Jadi aku menelepon lagi seperti orang gila nomor miss satu itu, dan ia sama sekali tidak menggubris. Tak habis akal, aku sms dia dari hp pribadiku.
Selamat sore, Signoritta. Pukul berapa sebaiknya saya menghubungi agar bapak dapat bicara dengan anda?
Aku menunggu dengan resah untuk jawabannya, sambil menghitung-hitung dengan jari, apa benar di Jakarta sudah sore. Ketika masuk sebuah sms darinya, aku bergegas membuka.
Aku yang akan menghubungi kalau sudah tepat saatnya.
Aku lemas membaca itu, pernah dulu nona ini menjawab hal yang sama, dan sampai seminggu kemudian dia belum menelepon dan menolak panggilan kami. Membuat aku harus menemani Pak Adam berbaring malam-malam di pinggir sungai dalam rangka mendinginkan kepala dan hatinya. Membuat aku masuk angin dan kedinginan. Ini pertanda buruk.

1 komentar:

  1. Hahaha ampuuuun deh, si Mr. President kayak apa sih jadi pensaran gue.
    Hari giniii nyari laki-laki setia itu gak mungkin banget, apalagi kalo udah bertahtakan harta dan jabatan kayak gitu. Laki-laki kalo gak berengsek ya ngondek ooppsss no offense yah.
    Manusia langka deh. Itu tunangannya gak bersyukur amat punya cowok sebaik itu.
    Lucu banget nih ceritanya, gue ngakak mulu dari tadi :D:D:D

    BalasHapus